Dengan begitu, mereka mampu membedakan pola gelombang Bioelectrical untuk memerintahkan kubus ini untuk belok ke kiri, ke kanan, mempercepat ataupun mengerem. Selanjutnya, para ilmuwan mengembangkan tampilan antarmuka yang menghubungkan sensor ke sistem kemudi (stir), akselerator dan rem dari mobilnya yang sepenuhnya dikendalikan oleh komputer. Hal ini memungkinkan si pelaku percobaan mempengaruhi pergerakan mobil hanya dengan kekuatan pikirannya saja. Unik Baca
Dalam tes uji coba kedua kalinya, sebagian besar mobil melaju secara otomatis, tetapi melalui sensor EEG sopir dapat menentukan arah di persimpangan. “Dalam tes uji coba yang telah kami jalankan, sopir yang dilengkapi dengan sensor EEG mampu mengendalikan mobil tanpa masalah, hanya ada sedikit jeda pada saat otak mengirimkan instruksi dan gerakan mobil agak lambat responnya.” ujar professor Raul Rojas, kepala project Autonomos ini. Unik Baca
Sayangnya implementasi dari konsep menyetir mobil dengan kekuatan pikiran ini dirasa belum layak diterapkan di jalanan, begitu kiranya yang dipaparkan oleh tim Made In Germany yang mengembangkan aplikasi Brain Driver ini. Hmmm, kita tunggu saja ya perkembangannya nanti, siapa tau suatu hari nanti kita tak usah capek lagi menyetir mobil dengan tangan, cukup bayangkan mau kemana, mobil langsung ikut perintah otak kita.
sumber